Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Transportasi

Belakangan ini lagi banyak berita tentang driver ojek online dan taksi online yang dikeroyok sama driver angkutan umum. Ga etis aja sih ngeliatnya. Secara yang namanya kerja, cari rejeki kita kudu jaga attitude, pakeknya otak, bukan kebanyakan bawa perasaan, tapi bawa perubahan lhoh . Menurutku bukan pada tempatnya driver angkutan umum dan ojek offline ngeroyok para ojek online yang juga sama-sama nyari rejeki. Kalopun itu rejekinya mereka (driver offline) juga pasti bakal dateng kok tanpa perlu dengan seterbuka itu mengekspresikan kemarahannya. Kadang kalo dipikir-pikir ada benernya juga kita konsumen yang lebih memilih naik ojek online dibanding naik angkutan umum, in case kita lagi keburu waktu dan udah males nunggu angkutan yang masih ngetem di perempatan. Gimana penumpang mau tertarik naik kendaraan umum coba kalo sarana yang ada itu udah ga layak dan nantinya kalo kita kelamaan nunggu mereka ngetem malah bikin badmood. Sebenernya aku pun masih menjadi konsumen setia angku

Happy Islamic New Year

Tahun baru Islam telah tiba. Nikmat dan anugerah tak habis-habisnya kuterima dari-Nya. Walaupun banyak pula goals yang belum tercapai namun diri harus tetap mensyukuri dan mengapresiasi proses yang telah terlampaui di tahun 1438 H. Alhamdulillah saya berhasil meraih S.A yang telah lama saya idamkan, telah lama ditunggu oleh segenap keluarga. Lalu berlomba-lomba dalam persaingan dunia kerja yang semakin dinamis. Selepas kelulusan, saya pulang kembali ke kampung halaman karena sudah mencapai titik dimana yang diusahakan belum juga menemukan kepastian (kerjaan). Bukan berarti menyerah tapi mencoba peluang yang lain, karena hati harus selalu percaya bahwa pertolongan Allah pasti ada, dan bisa jadi datangnya tanpa diduga. Maktub, sesampainya di kampung halaman saya mendapatkan jawabanNya. Tanpa disangka banyak hal yang dapat dipelajari disini. Mulai dari menjadi tentor dadakan (muroja’ah pelajaran SD) sampai pada akhirnya diberikan pekerjaan di tempat kerja yang sangat unik. Teman kerja

Merenung

Human sofny New York Sampai saat ini dua hal yang masih berputar-putar di otakku yaitu "akademisi" atau "praktisi". Pilih mengejar beasiswa untuk kuliah lagi atau kejar lowongan kerja. Tentunya dua-duanya aku kerjakan tapi belum ada  yang benar-benar membuatku tertarik untuk mendalaminya. Aku tidak tau dan tidak akan pernah tau bagaimana rencana Allah. Aku tidak tau apakah sesuatu yang sedang kuperjuangkan akan berbuah manis atau worth dan memang layak untuk diperjuangkan atau malah sebaliknya. Tapi jika tidak diperjuangkan aku lebih bertanya-tanya lagi, “sil elu mau jadi apa?”. That’s why aku tidak akan menutup satu kesempatan pun jika memang dia ada didepan mataku. Mungkin hidupku akan terlalu terasa biasa-biasa saja atau terkesan datar jika tidak diwarnai dengan banyak ujian dan cobaan dari-Nya. Entah bagaimana nantinya usaha ini berakhir itu sudah bukan kewenangan manusia lagi, tapi itu merupakan hak prerogatifnya Allah yang menentukan hasil akhir da

Generasi Menunduk

Well kali ini saya akan bahas tentang anak muda dan benda kotak bercahaya. So, tadi siang waktu makan siang di kantor, saya sama teman-teman lagi ngebahas tentang jajanan SD sampe mainan SD yang khas 90-an. Berasa nostalgia ngobrol ngalor ngidul bareng mereka yang seumuran dan ngerasain senengnya main petak umpet, minum es temu sama makan jenang asem. Ngerasain sekolah diniyah siang, ngaji tapi banyakan maennya. Ngerasain senengnya menikmati permainan yang simple but fun banget. Generasi 90-an itu anak disibukkan dengan sekolah dari pagi sampe sore tapi kita gak capek karena yang kita tahu itu sekolah adalah tempat nyari ilmu plus maen yang gak ada habisnya. Pastinya permainan yang kita kerjain itu tetep gak bikin kita jadi generasi pasif dan konsumtif. Permainan yang bikin kita gerak banyak dan aktif. Sehingga pas sore kita pulang ke rumah badan udah capek dan kita udah ga pengen maen lagi, jam 9 malem udah off semua aktivitas dan tidur. Kontranya sama generasi saat ini yang

Nulis (Tulisan Paling Random yang Pernah Ada)

Gila ya , nulis itu 5 huruf yang simple tapi pengaplikasiannya susahnya bukan main. Nyesel banget memang kalau jadi mahasiswa gak menghasilkan satu tulisan pun. Selama saya jadi mahasiswa nih the one and only tulisan yang saya tulis cuman satu SKRIPSI. Dan asal tahu saja skripsi itu perjuangannya bukan maen, emang ga tebel-tebel banget tapi beuh. Sempet ga percaya emang awalnya mau nulis apa bingung ganti tema bolak balik sampe dosen pembimbing bosen ngelihat muka saya. Setiap nulis satu paragraf, dibaca ulang, udah tulisan gam mutu banget isinya kutipan semua. One day saya sempat bingung, “apa sih selama ini yang saya lakukan di bangku sekolah sampe nulis gitu aja susahnya amit-amit”. Semester akhir itu adalah masa dimana saya merasa jadi orang paling bodoh sedunia. Temen udah bikin tulisan setebel ruas jari saya judul aja belum dapet. Orang lain udah punya gagasan pengen bikin penelitian inilah itu lah, saya masih bingung penelitian itu yang kayak gimana. Kuliah, kuliah, kul

Manusia itu ....

Opportunistic, Egoistic , dan terlalu menganggap gampang suatu hal. Manusia itu selalu memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa menguntungkan diri mereka. Okelah jika itu tidak merugikan orang lain, tapi kini banyak orang yang memanfaatkan kesempatan dikala kesempitan orang lain. Manusia itu selalu sok ide, ngasih ide ini lah itu lah. Ketika itu dia sekaligus memposisikan dirinya sendiri di posisi yang menguntungkan. Manusia itu suka males, tunda kerjaan, gampangin kerjaan. Padahal harus segera diselesaiin tapi dia males-malesan, gampanglah ntar juga selesai. "Gampanglah kamu kan bisa bantuin". Hei sadar, hidup ga cuma ngerjain satu atau dua kerjaan aja, masih banyak itu numpuk. Life is not a race but please be realistic. Not all your duties can be done just because you say it "gampang". Maka dari itu, please semoga kita bukan tergolong ketiga orang itu. Kita makhluk sosial, wajar hidup saling bantu membantu. Tapi ketika seseorang membantu kita namun mengo

Scandinavia

Beberapa minggu lalu saya menyimak diskusi grup Insan Bahagia. Grup yang isinya teman-teman yang positive, penuh ambisi dalam meraih mimpi, dan pantang menyerah dengan cita-cita mereka. Pada saat itu mentor kita sedang membahas tentang "Kenapa kuliah di Scandinavia?? " Berikut ulasannya. By: Kanda Luthfi Nur Rosyidi 1.       Bisa belajar dan menuntut ilmu dengan efesien tanpa kehilangan kualitas hidup. PhD di Denmark (dan negara Skandinavia lain mestinya) bisa ditemppuh hanya dalam waktu 3 tahun. tapi dalam tiga tahun itupun tidak berarti mengurangi kualitas. karena kita benar-benar disupervise dan ada target publikasi 4 paper yang harus publish di jurnal. mereka intinya ingin efisien. Hal ini juga berlaku dalam kuliah master. Denmark (dan negara Nordic pada umumnya) terkenal dengan work-life balance. kerja ndak lama tapi efektif. makanya selalu ada di peringkat tertinggi negara paling bahagia sedunia. 2.        Bahasa inggris adalah bukan bahasa resmi. Meski

Dream

Impian adalah suatu hal yang memotivasi hidup. Cita-cita adalah impian yang harus terus diperjuangkan        Masa remaja penuh mimpi perlahan semakin menjauh karena usia. Di usia 23 tahun, seseorang pada umumnya sudah memikirkan banyak hal. Usia yang cukup matang lah untuk mikirin entah itu capaian karir, jodoh, dan tentunya perbaikan diri dengan meningkatkan kualitas ibadah. Orang  mulai merasakan bahwa sehari 24 jam itu sebentar banget,  gak cukup untuk melakukan banyak hal, kadang udah kerja tanpa istirahat tapi masih tetep ninggal pe-er.  Ketika keinginan, mimpi, dan cita-cita selama 23 tahun belum banyak yang terwujud, rasanya ingin  do something  yang bisa ngebuat semuanya cepat terwujud. Impian yang tertata rapi kadang harus direlakan skip satu per satu demi menjalankan satu dan lain hal yang sifatnya udah didepan mata dan “harus dijalani yang ini dulu, ntar kalau udah selesai baru deh kembali ke mimpi dan harapan”. Cita-cita. Sesuatu yang terus-menerus menghantui pi

Feel every step of our life

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel di sebuah blog milik seorang pelajar yang sedang menuntut ilmu di Jerman. Judul artikel tersebut adalah "Life is not a race". Mengapa manusia harus selalu menargetkan di usia sekian seseorang harus sudah menempuh capaian tertentu dalam hidupnya. Di sekian umur sudah harus lulus selesaikan skripsi, lulus kuliah, kerja, menikah lalu punya anak dsb. Memiliki target atau goals dalam hidup bukan berarti dalam menjalani setiap prosesnya kita harus tergesa sehingga lupa menikmati proses tersebut. Lalu saya membuka grup multiple chat pengejar beasiswa yang saya ikuti. Dalam grup tersebut teman-teman sedang membahas mengenai "Time Zone". Jadi setiap manusia hidup pada zona waktunya masing-masing. Seseorang yang lulus dari perkuliahan lebih dulu belum tentu mendapat pekerjaan lebih cepat dari orang yang lulus terlambat. Bisa jadi seseorang yang lulus terlambat bisa secara langsung mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yan