Langsung ke konten utama

Happy Islamic New Year

Tahun baru Islam telah tiba. Nikmat dan anugerah tak habis-habisnya kuterima dari-Nya. Walaupun banyak pula goals yang belum tercapai namun diri harus tetap mensyukuri dan mengapresiasi proses yang telah terlampaui di tahun 1438 H.
Alhamdulillah saya berhasil meraih S.A yang telah lama saya idamkan, telah lama ditunggu oleh segenap keluarga. Lalu berlomba-lomba dalam persaingan dunia kerja yang semakin dinamis. Selepas kelulusan, saya pulang kembali ke kampung halaman karena sudah mencapai titik dimana yang diusahakan belum juga menemukan kepastian (kerjaan). Bukan berarti menyerah tapi mencoba peluang yang lain, karena hati harus selalu percaya bahwa pertolongan Allah pasti ada, dan bisa jadi datangnya tanpa diduga. Maktub, sesampainya di kampung halaman saya mendapatkan jawabanNya. Tanpa disangka banyak hal yang dapat dipelajari disini. Mulai dari menjadi tentor dadakan (muroja’ah pelajaran SD) sampai pada akhirnya diberikan pekerjaan di tempat kerja yang sangat unik. Teman kerja yang unik, jam kerja yang unik, semuanya serba unik. Bisa dibilang saya ini kerja tapi ketika ada kesulitan, kebahagiaan datang menyertai kesulitan itu. Jadi secara tidak langsung kenyamanan hadir tanpa terasa sampai 9 bulan disini (comfort zone banget). Alhamdulillah saya juga dipertemukan dengan supervisor yang sangat inspiratif dan cerdas. Beliau adalah sosok yang mengajarkan saya secara implisit bagaimana seharusnya kita pada usia ini. Bagaimana sikap kita dengan orang tua, dengan teman kerja, bahkan dengan pasangan.
Alhamdulillah. Organisasi yang saya cintai kini semakin aktif dalam setiap kegiatannya. Teringat dulu perjuangan banget, bahkan untuk agenda kecil saja ngoyonya minta ampun dan partisipasi anggota sangat sedikit. Namun, yang namanya dinamika organisasi pasti ada naik turunnya. Alhamdulillah saat ini semua kegiatannya semakin bermanfaat bagi internal anggota maupun orang lain.
Alhamdulillah. Bahkan dirumah saya belajar banyak hal terutama tentang menjadi seorang anak yang kini menuju dewasa. Dimana yang dipikirkan bukan hanya kerja pulang makan kerja pulang makan, dimana hidup itu bukan cuma ngurusin masalah perut. Hidup itu ga cuma pake otak tapi juga pake hati dan perasaan. Belajar lebih memahami apa yang orang lain rasakan, bagaimana cara menyikapi persoalan-persoalan kehidupan yang sebenernya simple tapi ternyata penyelesaiannya engga semudah yang diduga. Dan yang bikin saya kagum adalah tentang peran ibu. Ibu itu ga hanya orang yang fasilitasi anak dengan kasih sayang dan perhatian. Tapi lebih dari itu ibu itu segalanya, ibu itu juara. Juara manajemen waktu, juara masak, juara ngolah rasa dan paling juara kalo bangun pagi. Masih banyak hal yang ingin saya pelajari dari beliau, my mom, guru sejatiku.
Alhamdulillah banyak keajaiban-keajaiban yang terjadi di tahun ini. Allah memang juaranya ngasih hadiah buat hamba-hambanya. Rasa syukur misalnya, hanya dengan bersyukur diri akan merasa kaya, merasa cukup, dan tentunya merasa dicintai. Ketika kita membantu orang dengan tulus maka pertolongan Allah juga akan datang di waktu yang tak disangka-sangka. Bahkan kadang senyum-senyum sendiri karena surprise-nya Allah. 

Pelangi kebahagiaan seolah berada di ketinggian yang tak mungkin terjangkau. Padahal ia berada dalam jiwamu. Pada kesederhanaan, penerimaan yang ikhlas, rasa syukur, serta kedekatan diri dengan Sang Pemilik Umur”
-Ahmad Rifa’I Rif’an”

Hidup itu penuh dengan pelajaran, kayak waktu sekolah. Semoga kita bisa menjadi insan akademis yang selalu memiliki eagerness to learn dimanapun kita berada. Selalu berproses dan haus ilmu, terus bermanfaat dari waktu ke waktu. Selalu memiliki hasrat untuk berbagi kebaikan dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Selamat ber-muhasabah diri J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan dari Bojonegoro ke Kampung Inggris (Via Babat)

sumber:google                Perjalanan dari Bojonegoro ke Kampung Inggris Pare dimulai pukul 10.30, aku berangkat dari rumahku, Desa Kalitidu. Tepat pukul 11.00 aku sampai di Terminal Bojonegoro via angkot. Sebenernya udah terlalu siang dan aku berangkat sendiri dari rumah dengan membawa satu koper dan satu ransel. Ini kali pertama aku pergi ke kota Kediri. Dari dulu pengen banget ngisi waktu libur ke pare, pengen ngerasain gimana belajar bahasa disini. Tapi setiap liburan malah isinya jualan dipasar, kelas enterpreneurship by Mom Hehe.. Balik lagi ke terminal Bojonegoro, dari situ aku naik bus jurusan Babat. Sebelumnya aku udah googling gimana cara nyampe ke Pare dari Bojonegoro dan alhamdulillah dapet pencerahan dari blog.... kuikuti aja petunjuknya. Ongkos bus Bojonegoro-Babat 8.000.  Just info  aja busnya lumayan nyaman buat kalian yang belum pernah naik bus jurusan Surabaya. Sampai di Babat aku langsung disambut dengan babak-bapak tukang angkot. Si bapak nawarin ak

Pengalaman Rekrutmen PCPM Bank Indonesia

Hallo jobseekers, entah siapa yang baca, tapi ini aku tulis berdasarkan pengalaman yang udah aku jalanin 3 tahun terakhir khususnya waktu apply Rekrutmen Bank Indonesia jalur PCPM. WOW Kedengarannya keren sih ya kenapa berani nge- apply di rekrutmen warbiasah macam PCPM ini. Karena…. “namanya juga usaha”. Beberapa temen kasih motivasi, beberapa temen bilang “wah aku mah ga berani”. Tapi let’s check this out. Jadi, BI ini hampir tiap tahun, kalo aku amatin tiap akhir tahun sekitar bulan September selalu buka rekrutmen jalur PCPM. Apa itu PCPM? Jadi PCPM yang merupakan singkatan dari Pendidikan Calon Pegawai Muda ini merupakan salah satu jalur penerimaan pegawai yang dipersiapkan untuk menjadi pimpinan di Bank Indonesia. Melalui jalur PCPM, mereka yang terjaring dipersiapkan menjadi calon-calon pemimpin masa depan Bank Indonesia. Oke kita lanjut ke cerita detailnya berdasarkan pengalaman eike. Pertama daftar PCPM BI adalah waktu aku baru aja dapet SKL (Surat Keterangan

Resolusi

Ga kerasa banget udah tahun 2018. Satu tahun yang super wonderful  terlewatkan mostly dengan pekerjaan dan focus on my family. Beberapa kali ada niatan untuk meninggalkan pekerjaan, namun entah mengapa kuurungkan niatku. Makin kesini aku semakin mencintai pekerjaanku, Alhamdulillah. Di satu sisi karena cinta pekerjaan, disisi lain pekerjaan ini adalah alasan supaya aku bisa tetap tinggal di Bojonegoro menjaga kedua orang tua. Tak sedikit kawan yang bertanya mengenai lowongan pekerjaan di tempatku bekerja karena ingin dekat dengan orang tua. Sedikit teguran kepada diri sendiri untuk selalu bersyukur bisa dapetin kerjaan ini. Kalo kata temenku “ urip iku sawang sinawang ”, kadang kita melihat orang lain lebih beruntung dari kita padahal realitanya bisa jadi tidak demikian. Aku sering berpikir tentang teman-teman yang  bekerja di perusahaan yang bagus di kota besar akan bisa explore ilmu lebih banyak dan semuanya serba keren, namun siapa sangka beberapa dari mereka tidak merasa demikian