Langsung ke konten utama

My Quarter Life Crisis (Part 2)

Aku yakin bahwa perjuangan yang telah aku lalui selama aku quiting my job sampai saat ini pasti akan membuahkan hasil. Aku yakin tanpa adanya experience ini gak akan ada diri yang baru, yang menurutku lebih tangguh, ga cengeng dan mandiri.

Setelah resign aku beberapa kali mengikuti tes kerja. Aku pergi travelling bersama sahabatku ke negeri sebelah, ini adalah salah satu hal yang paling kusyukuri karena aku tidak perlu lagi izin kerja. Kebetulan tiket pesawat sudah kita beli beberapa bulan sebelumnya dan perjalanan ini mampu menjadi salah satu aktivitas setelah resign. Setelah pulang ke Indonesia aku belum juga punya rencana untuk bekerja kembali, saat itu aku sudah mendapat tawaran dari kakak ipar untuk mengisi posisi keuangan di kantornya. Aku memenuhi salah satu wishlistku yaitu belajar lagi. Wait bukan kuliah S2 tapi kursus Bahasa Inggris. Alhamdulillah aku bertemu orang-orang yang luar biasa di Kampung Inggris Pare. Aku teringat dengan komunitas belajarku ketika kuliah, mereka mempunyai cita-cita yang hampir sama, mayoritas adalah study lanjut. 

Disitu aku mulai terpikir "apa sebaiknya aku mendaftar S2?". Aku mencoba membuka beberapa website beasiswa dan kampus. Hmm sepertinya daftar beasiswa juga masih butuh modal dan kemampuan bahasaku tidak sebaik itu. Kepercayaan diriku sedikit terkikis ketika aku melihat ada kolom essay dan rekomendasi. Haha yang benar saja aku tidak berbakat dalam bidang penelitian bagaimana aku menulis essay. Kembali aku pikirkan orang tua dirumah lebih cenderung mendukungku untuk bekerja dan fokusku pun adalah menjadi praktisi bisnis, bukan akademisi. Kuurungkan lagi keinginanku untuk S2. Aku akan kejar lagi ketika sudah mendapatkan pekerjaan yang settle. 

Selain untuk belajar, aku juga mencari tempat yang tenang untuk mempersiapkan tes CPNS saat itu. Di tengah periode belajar 2 minggu aku izin untuk mengikuti tes CPNS di Jogja. Saat itu aku pulang dulu ke Bojonegoro karena Ijazah dan kelengkapannya masih di rumah. Aku mengikuti tes CPNS sampai keluar hasil yang mengecewakan. "TIDAK LULUS". hahaha kutertawakan diriku hingga menangis saking kecewanya aku pada diri sendiri. 

Setelah 2 minggu belajar di Pare dan memikirkan langkah apa selanjutnya, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Bojonegoro dengan tekat untuk memulai lagi perjalanan karir dari nol. Aku mulai bekerja di CV milik kakak iparku. Tidak mudah karena ini adalah bisnis yang benar-benar baru buat aku dan yang paling bikin aku tertantang adalah semua hal disini masih amburadul haha..

Aku mulai memikirkan hal apa yang bisa aku lakukan disana selain ngerjain tugas dari kakakku. Mulai dari keuangan secara umum, perpajakan, sampai pada pembukuan. Aku yang tadinya ogah sama mata kuliah perpajakan sekarang jadi sering dateng ke KPP buat konsultasi dan belajar lagi. Aku yang tadinya kerjaannya cuman duduk di ruangan seharian sekarang lebih banyak ketemu orang buat diskusi. Setiap bulan aku dapet tugas buat submit invoice ke kantor klien dan submit invoice itu ga semudah ngomonginnya. Prosesnya butuh kesabaran, waktu, biaya, dan tenaga ekstra tentunya. 

Perjalananku ke Jakarta tiap bulan jadi makin semangat karena ada salah satu perusahaan impian aku yang lagi ada program rekrutmen. Perusahaan ini bergerak dibidang kepelabuhanan, which is impian aku dari dulu adalah kerja di jasa logistik dan Pelabuhan macam TPS kalo di Surabaya. Sebenernya udah dari bulan agustus aku apply program ini, tapi prosesnya emang lama. Bulan November adalah pertama kalinya aku dapet undangan test dan berlanjut di tiap bulan berikutnya. Sampai pada akhirnya aku sampai di test tahap akhir yaitu test kesehatan dan wawancara direksi bulan April.

Makin lama penyakit bosenanku balik lagi, kerjaan banyak tapi gatau harus mulai dari mana. Jadi  kadang seharian aku cuma kerjain organizing dokumen semacam admin. Kadang aku ngerasa ga produktif karena temen-temen yang lain beneran bekerja di core bisnis yang ada, sedangkan aku finance sendiri. Saat itu aku merasa, again, terjebak di zona nyaman, ga produktif, ga belajar sesuatu yang baru, feeling useless. Aku berada di titik dimana sebenernya aku butuh bantuan dalam bidang pajak dan pembukuan tapi ga ada seorangpun di kantor yang punya basic itu kecuali aku sendiri. Menantang tapi juga ada rasa takut karena ibaratnya ga ada "pegangan" yang lebih senior yang bisa aku ajak diskusi. Disini aku sering hubungi temanku yang berprofesi sebagai akuntan, dan pada akhirnya nemuin aku dengan konsultan keuangan. Thanks a lot, dude!!

To be continued..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan dari Bojonegoro ke Kampung Inggris (Via Babat)

sumber:google                Perjalanan dari Bojonegoro ke Kampung Inggris Pare dimulai pukul 10.30, aku berangkat dari rumahku, Desa Kalitidu. Tepat pukul 11.00 aku sampai di Terminal Bojonegoro via angkot. Sebenernya udah terlalu siang dan aku berangkat sendiri dari rumah dengan membawa satu koper dan satu ransel. Ini kali pertama aku pergi ke kota Kediri. Dari dulu pengen banget ngisi waktu libur ke pare, pengen ngerasain gimana belajar bahasa disini. Tapi setiap liburan malah isinya jualan dipasar, kelas enterpreneurship by Mom Hehe.. Balik lagi ke terminal Bojonegoro, dari situ aku naik bus jurusan Babat. Sebelumnya aku udah googling gimana cara nyampe ke Pare dari Bojonegoro dan alhamdulillah dapet pencerahan dari blog.... kuikuti aja petunjuknya. Ongkos bus Bojonegoro-Babat 8.000.  Just info  aja busnya lumayan nyaman buat kalian yang belum pernah naik bus jurusan Surabaya. Sampai di Babat aku langsung disambut dengan babak-bapak tukang angkot. Si bapak nawarin ak

Pengalaman Rekrutmen PCPM Bank Indonesia

Hallo jobseekers, entah siapa yang baca, tapi ini aku tulis berdasarkan pengalaman yang udah aku jalanin 3 tahun terakhir khususnya waktu apply Rekrutmen Bank Indonesia jalur PCPM. WOW Kedengarannya keren sih ya kenapa berani nge- apply di rekrutmen warbiasah macam PCPM ini. Karena…. “namanya juga usaha”. Beberapa temen kasih motivasi, beberapa temen bilang “wah aku mah ga berani”. Tapi let’s check this out. Jadi, BI ini hampir tiap tahun, kalo aku amatin tiap akhir tahun sekitar bulan September selalu buka rekrutmen jalur PCPM. Apa itu PCPM? Jadi PCPM yang merupakan singkatan dari Pendidikan Calon Pegawai Muda ini merupakan salah satu jalur penerimaan pegawai yang dipersiapkan untuk menjadi pimpinan di Bank Indonesia. Melalui jalur PCPM, mereka yang terjaring dipersiapkan menjadi calon-calon pemimpin masa depan Bank Indonesia. Oke kita lanjut ke cerita detailnya berdasarkan pengalaman eike. Pertama daftar PCPM BI adalah waktu aku baru aja dapet SKL (Surat Keterangan

Resolusi

Ga kerasa banget udah tahun 2018. Satu tahun yang super wonderful  terlewatkan mostly dengan pekerjaan dan focus on my family. Beberapa kali ada niatan untuk meninggalkan pekerjaan, namun entah mengapa kuurungkan niatku. Makin kesini aku semakin mencintai pekerjaanku, Alhamdulillah. Di satu sisi karena cinta pekerjaan, disisi lain pekerjaan ini adalah alasan supaya aku bisa tetap tinggal di Bojonegoro menjaga kedua orang tua. Tak sedikit kawan yang bertanya mengenai lowongan pekerjaan di tempatku bekerja karena ingin dekat dengan orang tua. Sedikit teguran kepada diri sendiri untuk selalu bersyukur bisa dapetin kerjaan ini. Kalo kata temenku “ urip iku sawang sinawang ”, kadang kita melihat orang lain lebih beruntung dari kita padahal realitanya bisa jadi tidak demikian. Aku sering berpikir tentang teman-teman yang  bekerja di perusahaan yang bagus di kota besar akan bisa explore ilmu lebih banyak dan semuanya serba keren, namun siapa sangka beberapa dari mereka tidak merasa demikian