Langsung ke konten utama

My Second Family






Berada di HMI Ekonomi semenjak menjadi maba sampai sekarang semester 5, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan. Menghargai proses yang dirasakan diri sendiri maupun yang dialami teman satu organisasi. Dua tahun ini saya dan pengurus lainnya telah melewati banyak hal, dari mencari kontrakan, menjaring kader, hingga merangkul kader-kader baru untuk selalu berproses. Banyak manfaat dan kendala yang kami alami, banyak proker-proker yang bisa dibilang kurang maksimal dalam pelaksanaannya, namun kami tetap berjuang karena kami sadar bahwa apa yang kami jalani saat ini merupakan proses pendewasaan. Disini saya menemukan sahabat yang selalu mendukung apa yang saya cita-citakan, mendorong saya untuk lebih percaya diri, membantu mengoreksi diri saya dan menasehati saya setiap kali saya ragu dengan keputusan yang akan saya ambil. Kakak yang selalu membantu saya dalam berproses , memberikan motivasi-motivasi dan dukungan dengan kata-kata yang menenangkan membuat saya selalu ingin menjadi yang terbaik. Selain itu kami juga mempunyai alumni yang medukung setiap kegiatan kami dari segi doa maupun dari segi finansial, beliau-beliau lah yang selalu menyambut kami dengan pintu terbuka di rumahnya setiap minggu pagi untuk saling berbagi pengalaman dan cerita, disini kami sudah bagaikan keluarga besar. Pintu komisariat yang selalu terbuka bagi siapapun yang ingin belajar dan berproses, siapapun itu, HMI atau pun non-HMI. Kami tidak berpikir dan menilai sekedar hasilnya, tapi bagaimana cara dan usaha yang dilakukan selama proses. Its not about result but about the way we choose and we learn to be awesome servant fo God Who creat us.
Hal yang dari awal ingin saya pelajari di HMI adalah keistiqomahan dan ketepatan waktu. Tetapi setelah saya masuk di HMI, menurut saya karakter dan bakatlah yang saya cari selama ini. Saya bahkan belum benar-benar menemukan bakat yang sebenarnya dari diri saya. Disisi lain saya tetap belajar untuk mengoreksi, memilah mana yang baik, cukup baik hingga tidak baik. Tidak hanya mengatakan suatu hal itu baik atau pun tidak, melainkan juga mencari apa sebab hal tersebut menjadi baik dan apa sebab hal lainnya menjadi buruk. Ketika seseorang mengatakan saya harus peka, saya berpikir untuk mulai merawat hati supaya bertindak lebih bijak dalam menghadapi situasi apapun. Hal tersebut dilakukan supaya kita tidak lagi mengecewakanNya, orang tua, maupun orang-orang yang kita sayangi.
Berorganisasi dan berproses di HMI manfaatnya tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek, tapi juga  sampai nanti setelah kita menjadi alumni. Dimana pun kita berada kita akan selalu menemukan keluarga. Di akhir kepengurusan ini saya merasa lebih ingin dekat dengan para pengurus terutama presidium HMI Ekonomi periode 2014/2015 berada dalam rapat bersama mereka membuat saya benar-benar menemukan apa yang saya cari selama ini, saudara, kakak, keluarga baru di kota perantauan. Saran saya untuk HMI kedepannya beserta pengurus dan anggotanya, tetap istiqomah dalam ketepatan waktu dan dalam kegiatan apapun, selalu ikhtiar dan memberikan yang terbaik kepada siapapun. Jangan ragu dalam membuat dan melaksanakan proker-proker spektakuler selama itu akan mewadahi anggota menjadi lebih kreatif. Tetap menjaga keraketan antar anggota dan tali silaturahmi dengan alumni. Yakusa!
By: Silmi Herlina Jami’ (Kader HMI)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan dari Bojonegoro ke Kampung Inggris (Via Babat)

sumber:google                Perjalanan dari Bojonegoro ke Kampung Inggris Pare dimulai pukul 10.30, aku berangkat dari rumahku, Desa Kalitidu. Tepat pukul 11.00 aku sampai di Terminal Bojonegoro via angkot. Sebenernya udah terlalu siang dan aku berangkat sendiri dari rumah dengan membawa satu koper dan satu ransel. Ini kali pertama aku pergi ke kota Kediri. Dari dulu pengen banget ngisi waktu libur ke pare, pengen ngerasain gimana belajar bahasa disini. Tapi setiap liburan malah isinya jualan dipasar, kelas enterpreneurship by Mom Hehe.. Balik lagi ke terminal Bojonegoro, dari situ aku naik bus jurusan Babat. Sebelumnya aku udah googling gimana cara nyampe ke Pare dari Bojonegoro dan alhamdulillah dapet pencerahan dari blog.... kuikuti aja petunjuknya. Ongkos bus Bojonegoro-Babat 8.000.  Just info  aja busnya lumayan nyaman buat kalian yang belum pernah naik bus jurusan Surabaya. Sampai di Babat aku langsung disambut dengan babak-bapak tukang angkot. Si bapak nawarin ak

Pengalaman Rekrutmen PCPM Bank Indonesia

Hallo jobseekers, entah siapa yang baca, tapi ini aku tulis berdasarkan pengalaman yang udah aku jalanin 3 tahun terakhir khususnya waktu apply Rekrutmen Bank Indonesia jalur PCPM. WOW Kedengarannya keren sih ya kenapa berani nge- apply di rekrutmen warbiasah macam PCPM ini. Karena…. “namanya juga usaha”. Beberapa temen kasih motivasi, beberapa temen bilang “wah aku mah ga berani”. Tapi let’s check this out. Jadi, BI ini hampir tiap tahun, kalo aku amatin tiap akhir tahun sekitar bulan September selalu buka rekrutmen jalur PCPM. Apa itu PCPM? Jadi PCPM yang merupakan singkatan dari Pendidikan Calon Pegawai Muda ini merupakan salah satu jalur penerimaan pegawai yang dipersiapkan untuk menjadi pimpinan di Bank Indonesia. Melalui jalur PCPM, mereka yang terjaring dipersiapkan menjadi calon-calon pemimpin masa depan Bank Indonesia. Oke kita lanjut ke cerita detailnya berdasarkan pengalaman eike. Pertama daftar PCPM BI adalah waktu aku baru aja dapet SKL (Surat Keterangan

Resolusi

Ga kerasa banget udah tahun 2018. Satu tahun yang super wonderful  terlewatkan mostly dengan pekerjaan dan focus on my family. Beberapa kali ada niatan untuk meninggalkan pekerjaan, namun entah mengapa kuurungkan niatku. Makin kesini aku semakin mencintai pekerjaanku, Alhamdulillah. Di satu sisi karena cinta pekerjaan, disisi lain pekerjaan ini adalah alasan supaya aku bisa tetap tinggal di Bojonegoro menjaga kedua orang tua. Tak sedikit kawan yang bertanya mengenai lowongan pekerjaan di tempatku bekerja karena ingin dekat dengan orang tua. Sedikit teguran kepada diri sendiri untuk selalu bersyukur bisa dapetin kerjaan ini. Kalo kata temenku “ urip iku sawang sinawang ”, kadang kita melihat orang lain lebih beruntung dari kita padahal realitanya bisa jadi tidak demikian. Aku sering berpikir tentang teman-teman yang  bekerja di perusahaan yang bagus di kota besar akan bisa explore ilmu lebih banyak dan semuanya serba keren, namun siapa sangka beberapa dari mereka tidak merasa demikian