Pernah gak sih kalian marah sama
diri sendiri? Kenapa ga bisa penuhin tujuan? Kenapa ga bisa wujudin mimpi? Kenapa
hal sesimpel itu ga bisa dilakuin? Kenapa ngomong sesuai planning ga jadi
terlaksana?
Seiring berjalannya waktu aku
sadar, yang kayak gini ini sering banget aku teriakin ke otakku. Nyesel kenapa
ga bilang kayak gini, harusnya bisa tadi pake plan ini, kenapa soal yang keluar
pas ujian ga sesuai dengan presdiksiku. Kenapa laporan keuangan ga bisa release tepat waktu. Kenapa goal yang udah disusun rapi jadi
berantakan. Sering banget aku mem-bully diri
sendiri karena kesalahanku sendiri, dan itu terulang. Rasanya setelah suatu
kesalahan terjadi aku pengin banget perbaiki and I did it. Tapi dikemudian hari ada case lain dan aku udah prediksiin gimana nanti solusinya, but the fact is I did the same mistake.
Seseorang pernah bilang ke aku,
sosok inspiratif yang mungkin kini telah memendam mimpi besarnya dan mengganti
dengan mimpi yang lebih besar. Beliau bilang padaku “jangan terlalu keras sama
diri sendiri”. Mungkin aku sudah terbiasa di didik dengan cara yang keras oleh
ibuku dari kecil sehingga melepaskan dan merelakan kesalahan berlalu begitu
saja itu tidak mudah. Dari kecil aku terbiasa mengikuti kompetisi di sekolah,
dan Alhamdulillah entah kenapa selalu
dapet juara walau ga selalu juara satu. Tapi ini jadi kebiasaan, sehingga
setiap ada kompetisi aku harus menang. Setiap semester aku harus rangking satu.
Setiap rekrutmen aku harus lolos. Setiap interview kerja aku harus berhasil. Dan
ini teruuuus mengganggu di otakku, ga ada namanya toleransi pada diri sendiri. Manusia
memang tempatnya salah dan lupa, tapi tidak untuk aku, aku harus bisa melakukan
yang terbaik sampai tuntas. Tapi dalam dunia nyata setelah aku lulus dari
perguruan tinggi, kenyataannya berbeda. Persaingan di dunia kerja semakin
ketat, menjadi rangking satu bukan hal yang mudah. Aku terus memarahi diri
sendiri kenapa hal simple ga bisa. Setiap aku gagal dapet kerja ujung-ujungnya
aku diam sendiri dalam renunganku. Memikirkan kesalahan yang udah aku buat
sendiri dan ingin segera mengikuti rekrutmen yang lain untuk nunjukin “nih aku
udah belajar dari kesalahan”. Namun kenyataannya tetap sama dengan case yang berbeda. Pada akhirnya aku
kembali memaki diri sendiri seharian. lol
Aku masih perlu belajar
mengontrol diri sendiri, belajar menghadapi permasalahan hidup yang yang makin
hari makin kompleks. Aku yakin banyak orang diluar sana yang facing problem yang more complicated dibanding aku. Tapi setiap orang punya kapasitas
dan cara masing-masing dalam menghadapi permasalahan. Ternyata menjadi baik
saja belum cukup, tapi jadilah yang terbaik. Mungkin Allah masih ingin aku
berusaha lebih keras lagi dan tentunya berdoa lebih rajin lagi.
Kalau kalian
gimana cara menghadapi permasalahan hidup? Bagaimana cara kalian berdamai
dengan diri sendiri?
Komentar
Posting Komentar