Mungkin Tuhan sedang sangat ingin
menegurku, mengingatkanku bahwa dunia itu hanya sarana seorang hamba mengabdi
pada-Nya. Beberapa hari ini banyak kejadian yang mungkin sederhana namun cukup
berarti dan membuatku sadar bahwa yang dikerjar ketika kita hidup ini bukan
hanya dunia tapi juga akhirat. Bukan cinta manusia, tapi cinta Allah dan
Rasulnya.
Seseorang yang pernah menjadi
teman berbagi cerita ga selamanya akan mau mendengar cerita kita. Seseorang yang
biasanya ada untuk kita belum tentu akan terus ada untuk kita. Mungkin aku
terlalu berharap jika ada seseorang yang kadang mencoba untuk mengenalku tanpa
alasan yang jelas. Aku terlalu berharap seseorang yang baik itu nantinya akan
bisa terus bersamaku.tapi sayangnya tidak, yang selalu ada itu Allah, yang selalu
miscall itu Allah, yang ga kemana-mana dan selalu mengawasi kita itu Allah. Tapi
manusia dengan mudahnya terlalu berharap ke manusia lain, yang hatinya bisa
saja dibolak-balik dalam waktu yang ga pernah kita tahu. Tuhan sedang berbicara
padaku untuk tidak lagi berharap pada manusia lain.
Kemarin malem tiba-tiba aja aku
merasa kurang sehat kubiarkan saja seperti biasa karena memang bukan sesuatu
yang perlu untuk dikhawatirkan. Setelah aku terbangun di tengah malam sakit
yang kurasakan semakin parah sampai aku teringat akan kematian. Kebetulan
beberapa hari dapet kabar tetangga meninggal karena sakit tapi ga lama. Sampai
subuh aku menahan sakit sambal ber-istighfar, sampai adzan subuh berkumandang
rasa sakit mulai berkurang. Tuhan sedang menegurku bahwa kita ga selamanya
sehat, ga selamanya kuat, dan ga selamanya hidup.
Seharian aku lakukan semua
aktivitas, kebetulan hari itu dirumah hectic banget jadi aku take over beberapa
hal. Kebetulan juga hari itu aku ada test online di perusahaan idaman yang udah
pengeeeen banget aku lamar tapi durasinya cuman 4 jam. Beberapa kali aku coba
akses halaman test online, namun internal server error. Aku coba pake wifi
rumah ga bisa, pake tethering handphonega bisa, pun aku pergi ke warnet gagal
juga tetep internal server error bahkan connection declined. 1 jam tersisa
untuk test aku berpikir kembali. Perusahaan ini terlalu jauh untuk dijangkau,
untuk apa aku perjuangkan, lagi pula aku pun ga akan tega meninggalkan orang
tua sendiri dirumah. Kutegur diriku sendiri “Benar kata kakakmu tak usah
terlalu berambisi untuk pekerjaan yang baru, terima saja apa yang ada.”. Toh
itu hanya urusan dunia, cita-cita ada namun ketika kita sudah memperjuangkan
sekuat tenaga dan tetap tak berhasil, bagaimana lagi? Lagi-lagi Tuhan sedang
berbicara padaku tentang sabar dan ikhlas.
Setelah kejadian gagal test yang
sama sekali ga mutu gara-gara server error aku terus menerus self talk kudu
ikhlas, lupakan, tinggalkan. Lalu kulanjutkan dengan daily activity seperti
biasa mengerjakan ini itu supaya mudah lupa dengan apa yang tadinya membuat
kecewa. Lelah rasanya terus menerus menuruti ambisi diri, ingin berhenti namun
tak sampai hati. Mimpi-mimpi yang sudah kugantung, kalo ditinggalkan terlalu
nanggung. Kembali ke daily activity, sore itu ada hal yang sangat amat
memukulku, seolah ini teguran keras dari Allah. Dirumah lagi ada project dan
banyak laki-laki tentunya, cukup “pekewuh” karena kondisi sumpek panas tapi
tetep harus pertahankan hijab di dalem rumah. Seharusnya tidak menjadi alasan
untuk lepas hijab. Namun terkadang aku escape ke ruangan aku untuk sekedar
mencari udara segar. Namun sore itu Allah menunjukkan ke aku kalo pakai hijab
ga bisa, ga boleh setengah-setengah. Sontak aku marah entah pada siapa ketika
kejadian lepas hijab dan terlihat oleh orang yang bukan mahram. Bahkan aku
memarahi orang itu karena ketidaksopanannya, aku menganggapnya tidak punya
etika di rumah orang, aku menangis, pergi dari rumah, menerabas lampu merah,
pergi ke tempat dimana aku bisa bebas menagis sambil memeluk-Nya. Sejak saat
itu aku mengerti bahwa kita ga boleh asal-asalan pake hijab. Kita ga boleh
lepas-lepas hijab sembarangan tanpa memastikan keadaan aman dari mata yang
bukan mahram. Hijab itu kewajiban bukan pilihan, Hijab itu identitas bagi
seorang muslimah Wajar jika kita merasa insecure dengan keberadaan orang-orang
yang bukan mahram, namun semoga kejadian-kejadian ini bisa menjadi pengingat
untuk selalu istiqomah. Amin.
Komentar
Posting Komentar